Tolong buatkan saya cerpen yang pendek dan mudah di hafal
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban Jpfita18
Adzan subuh membangunkanku dari tidur panjangku malam tadi. Seperti yang ku lalukan setiap hari, ku ambil air wudlu dan ku basuh delapan anggota badanku untuk mensucikan diri dari hadas. Selesai berwudlu, akupun bergegas menghadap-Nya.
Kenalkan aku Nur Aiyin, sapa saja Yiyin. Aku adalah wanita yang baru saja membangun karirku setelah menyelesaikan S2 ku di Universitas Brawijaya Malang. Kini aku mendapat gelar dr. Nur Aiyin., Sp.JP. aku melangkah dengan pasti dibawah naungan langit Kota Surabaya, di RS DR Soetomo lah karirku dimulai.
Semua kesuksesan ini tentulah tidak ku dapatkan dengan percuma. Butuh kerja keras, pengorbanan dan jerih payah. Dulu ku kira aku tak akan pernah menjemput kesuksesanku. Bahkan penyesalan pada saat itu pun masih utuh tersimpan dalah hatiku. Kesalahan ku tak akan dapat aku tebus, kesalahan yang aku perbuat saat aku masih duduk dibangku kelas 11 SMA.
***
Matahari pagi menyilaukan mataku. Aku terkejut tatkala ku lirik jarum jam dinding yang tergantung didinding kamarku menunjukan pukul 05;26. Ku lihat pintu kamarku dibuka dan muncul lah wanita paruh baya yang tengah berdiri diambang pintu. Wajah wanita itu terlihat akan melampiaskan amarah. Ya, itu adalah bundaku. Bunda melangkahkan kaki mendekat padaku yang masih belum sepenuhnya sadar dari mimpiku. Bunda menarik telingaku hingga menghasilkan reflek teriakan tanda aku kesakitan dan aku sepenuhnya terbangun dari bunga tidurku.
“Kamu udah besar Yin, mau sampai kapan kamu begini? Ibu sudah membangunkan kamu berkali-kali tapi nggak bangun juga!” kalimat itulah yang selalu dilontarkan bunda saat amarahnya meluap. Tak lama setelah amarah bunda sudah mulai mereda, bunda meninggalkanku dalam kesinyian pagi hari didalam kamarku. Tatkala tubuh ibu sudah tak lagi terlihat karena terhalang tembok, aku bergegas mempersiapkan diri untuk pergi kesekolah.
Saat semua persiapan telah selesai, aku bergegas turun dan menghampiri meja makan, ayah sudah duduk dengan korang yang terbentang menutup wajahnya. Dengan senyum manis aku menyapa beliau, ironisnya bukanlah sebuah senyum manis yang ku dapat dari beliau justru malah amarah beliau terlampiaskan padaku. Ya, tentu saja bunda telah menceritakan tentangku yang tak menjalankan kewajibanku pada-Nya.
Sama seperti bunda, ayah tak pernah lama marah padaku, aku memang sangat disayang. Entah karena apa, mungkin karena memang aku anak tunggal mereka. Namun kali ini berbeda, sepanjang perjalanan mengantarku ke sekolah, ayah hanya diam membisu tanpa sepatah katapun.aku tahu beliau sangat marah padaku, namun sikap ini menyelimpang dari biasanya, ayah tak ernah marah hingga tak mengajakku bicara sepatah katapun.
Mobil yang kami kendari berhenti didepan pintu gerbang sekolahku, sebelum keluar dari mobil, tak lupa kujalankan rutinitasku mencium tangan ayah dan aku sangat terkejut tatkala ayah menarik tanganku dan mencium keningku, ini bukanlah rutinitas yang biasa ayah lakukan. Kamu harus rajin belajar dan membanggakan ayah juga ibu. Kamu juga harus bergunabagi bangsa itulahkalimat yang diucapkan ayah tatkala selesai mengecup keningku.
Entah mengapa hari ini aku merasa gelisah. Hatiku gagal mencoba untuk tenang. Fikiranku kacau tak karuan, aku merasa ingin marah, tapi tak tahu pada siapa. Aku merasa ingin menangis tapi tak tahu karena apa.
Tiba-tiba sosok lelaki mendekatiku, dilontarkannya berbagai pertanyaan yang sebenarnya membuat rumit fikiranku, namun dia tak gagal membuatku menjawab pertanyaan darinya. Iya, dialah Al-Faris. Dia adalah seorang pria yang sudah cukup lama ku kagumi, aku menyayanginya namun hanya sebatas sahabat.
Dari kejauhan ku lihat seorang wanita paruh baya mulai mendekatiku, dan aku sangat mengenal sosok wanita itu, wanita itu adalah tanteku. aku memandangnya dengan penuh tanda tanya, kenapa beliau menjemputku, kenapa bukan ayah, lalu kemana ayah, bukankah biasanya ayah yang menjemputku berbagai pertanyaan rumit itu muncul dalam kepalaku. Meski penuh tanda tanya, aku tetap saja melangkahkan kaki bersama tante untuk pulang kerumah.
Aku terkejut tatkala kulihat bendera kuning diambang pagar rumahku, aku bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya telah terjadi, mengapa ada bendera itu diambang rumahku, siapa yang pergi. Aku berlari memasuki rumahku. Siapa yang terbaring, oh tidak!! Itu ayah. Batin ku menjerit, mimpi macam apa ini, aku harus terbangun sekarang juga. Ironisnya, ini bukanlah mimpi. Ayah memang pergi, pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal padaku.
***
Sejak saat tu aku selalu mengingat kalimat terakhir yang ayah katakan padaku bahwa aku harus rajin belajar agar dapat membanggakan ayah dan ibu. Dan aku pula harus menjadi generasi yang berguna bagi bangsa.Sekarang semua itu telah ada tepat dihadapanku. Aku akan membantu Indonesia menciptakan hidup sehat dengan jantung yang kuat. Aku yakin ayah pun akan bangga melihat keberhasilan yang aku peroleh saat ini. Dan aku percaya Allah selalu ada disisih hambanya yang senantiasa berdo’a dan berusaha.
silahkan diringkas lagi kalo masih kepanjangan.. :)